top of page

Si Wanodya Peraih Bintang dengan Penuh Asa


Rambutnya terurai perlahan ke lantai, menandakan dia sedang tidak baik-baik saja. Meneteskan setetes demi tetes air mata seirama dengan jatuhnya untaian rambut demi rambut. Rambut terpotong tak teratur menandakan ia sedang tidak baik-baik saja.

“Potong saja rambutmu agar sial hilang” itu kalimat yang diucapkan si gadis seraya mengusap air mata yang turun dari kelopak matanya.

Gadis itu meringkukan badannya sebagai pertanda bahwa dia tidak baik-baik saja. Tangannya mengusap pucuk kepalanya dengan berkata secara hati-hati dan perlahan agar meresap dengan baik.

“Gapapa, kita coba lagi, gapapa jatuh bukan berarti kita berhenti. Terima kasih diriku, selanjutnya tarik ujung bibirmu agar senyum indahmu tampak, tunjukkan bahwa kamu baik-baik saja, bagaimana? Sudah siap mencoba lagi?” menganggukan kepala seakan - akan paham terhadap instruksi.

Berdiri seraya membersihkan jutaan untaian rambut yang terlepas dari habitatnya. Merobek secarik kertas dan menuliskan kata per kata, namun anehnya sang empunya membentuk simpul pada senyumnya.

“Tidak apa-apa, setidaknya kita mencoba berani dalam mengambil kesempatan.” begitulah kata-kata yang tertulis dengan tinta pena pada kertas tersebut.

Jam menunjukkan pukul 22.00, saatnya wanodya mengistirahatkan dirinya yang telah dilukainya terlebih rambutnya yang pasti sedih kehilangan sanak saudara nya karena terpotong. Menenangkan diri untuk menutup mata namun sayang otak tetap terus bercekcok di dalam sana yang tanpa sadar membuat sang empunya kembali membuka matanya. Wanodya terbangun. Wanodya menenangkan dan meyakinkan dirinya bahwa mereka bisa meraih bintang di langit dengan penuh asa.

Perlahan-lahan progress terealisasikan, perlahan-lahan setiap list goal tercapai. Puji syukur karena ia berhasil menyatukan tubuhnya dalam kerja sama untuk mencapai impian. Lantunan lirik lagu que sera sera menemaninya dalam usahanya.


“I ask my mother what will i be?”


Tanpa sadar lirik lagu tersebut membuatnya meneteskan air mata. Dia begitu malu menangis sehingga tangannya menutup wajahnya.

“Perlahan - lahan, goals ku tercapai namun mengapa aku takut? Bintang di langit hampir semua kuraih, lalu mengapa aku menangis?” Tidak ada jawaban. Sebenarnya wanodya, apa yang kamu takutkan? Wahai gadis remaja, impianmu tercapai. Bintang di langit hampir semua kamu raih. Kamu mau meraih semuanya sekaligus? Besarkan usahamu. Kamu selalu optimis dan penuh asa dalam meraih impianmu. Lalu, ada apa? Pasti, pasti itu yang akan kita lontarkan kepada gadis remaja itu.

“Aku takut, aku takut sejuta mimpiku akan lenyap dari pandangan mereka hanya karena satu mimpi yang gagal diraih. Aku takut mereka berekspektasi terhadap bintangku. Aku takut.” Gadis remaja itu meringis sendu. Wahai kawan, wahai gadis remaja di luar sana. Ekspektasi selalu berbarengan dengan setiap pencapaianmu. Manusia memang sudah menjadi rumusnya akan selalu berekspektasi dengan yang lain. Lalu, karena itu kamu takut? Maka kamu tidak jauh beda dengan si pecundang di luar sana.

Camkan ini perempuan, ketika ekspektasi menjadi kenyataan dan kamu tidak diberi apresiasi serta validasi, tetaplah berjuang. Bukan untuk mereka yang memberi ekspektasi tetapi untuk kamu yang pantas diapresiasi. Jangan biarkan bintang yang lain iri karena kamu tidak menggapainya. Jangan sia-siakan usaha dari tubuhmu sendiri yang bekerja sama demi dirimu. Buktikkan segala asamu, raih bintang di langit karena mereka sudah menunggu kamu.


Sebenarnya orang - orang tidak memberi ekspektasi, kamu terlalu takut jatuh, kamu takut dengan omongan orang, kamu terlalu banyak memikirkan A, B, C sehingga kamu selalu berlindung dibalik kata "memenuhi ekspektasi"



77 views0 comments

Comments

Couldn’t Load Comments
It looks like there was a technical problem. Try reconnecting or refreshing the page.
bottom of page