top of page
Writer's picture Aurelia Araya Ishana

Melihat Déjà vu Melalui Lensa Psikologis

Updated: Aug 28, 2022


Apakah Sahabat Setura pernah mengobrol dengan teman-teman atau sedang mendatangi tempat baru lalu tiba-tiba Sahabat Setura merasa pernah melakukan obrolan atau mendatangi tempat tersebut walaupun saat itu adalah pertama kali Sahabat Setura mengalaminya? Rasa familier itu seperti tiba-tiba menyangkut dalam pikiran dan membuat Sahabat Setura berpikir lalu tiba-tiba rasa itu hilang begitu saja. Kesannya aneh bukan?


Nah, rasa tersebut dikenal sebagai fenomena Déjà vu. Apa itu Déjà vu? Apakah Déjà vu adalah sebuah fenomena ghaib? Atau adakah penjelasan psikologis dibaliknya? Yuk, simak lebih lanjut artikel ini!


Déjà vu adalah sebuah fenomena dimana munculnya rasa familier atau seakan pernah terjadi sebelumnya bahkan saat kita sadar bahwa kita sedang menjalani situasi baru untuk pertama kalinya. Kata Déjà vu ini berasal dari Bahasa Perancis yang berarti “pernah dilihat”. Rasa ini bisa datang walaupun kita sepenuhnya sadar bahwa situasi ini seharusnya terasa asing. Fenomena ini dapat terjadi secara acak dan dapat dialami oleh semua orang tanpa pandang keadaan mental ataupun fisik. Sekitar 60%-70% orang di dunia pernah setidaknya mengalami Déjà vu sekali. Dari persentase tersebut, Déjà vu umum dialami oleh orang-orang dari umur 15 tahun sampai 25 tahun. Jadi bagi Sahabat Setura yang pernah mengalami Déjà vu tenang saja, kalian tidak sendiri!


Fenomena Déjà vu bekerja sangat misterius. Saking misteriusnya banyak yang berspekulasi bahwa ini sebuah fenomena paranormal atau ghaib seperti, Déjà vu adalah bentuk projeksi pengalaman dari hidup kita sebelumnya, dan lain sebagainya. Walaupun Déjà vu terkesan random dan misterius, ada sebuah ciri-ciri yang dialami oleh semua orang yang mengalami ini, yaitu kita sepenuhnya sadar saat Déjà vu terjadi. Ini berarti otak kita masih sepenuhnya bekerja dalam fenomena ini. Ada sebuah penelitian yang menemukan bahwa bagian otak rhinal cortices, hippocampus, dan amygdala menjadi lebih aktif saat seseorang mengalami déjà vu. Hippocampus adalah bagian otak yang bertanggung jawab dengan pembentukan memori dan amygdala bertanggung jawab dengan emosi kita.


Memang sampai saat ini, belum ada sebuah penjelasan pasti mengenai penyebab pasti dari fenomena tersebut karena fenomena ini dapat terjadi pada siapapun, baik sehat maupun sakit, dan terjadi secara cepat. Beberapa psikolog yakin bahwa fenomena ini berhubungan kemampuan kognitif manusia, khusunya kemampuan memory recall. Ada sebuah teori bahwa Déjà vu terjadi karena otak kita berusaha mengingat sesuatu secara tidak utuh. Déjà vu dapat terjadi saat, tanpa sadar, otak kita mengingat kejadian masa lalu yang mirip dengan situasi baru yang sedang kita alami. Namun, kita tidak bisa secara sadar mengingat kejadian masa lalu yang memunculkan rasa familier tersebut. Oleh karena itu, kita hanya bisa merasa familier namun tidak bisa mengingat kejadiannya.


Tidak ada yang perlu ditakuti dari fenomena déjà vu ini. Sahabat Setura tidak perlu khawatir dan tidak perlu sampai pusing berusaha mengingat sesuatu saat mengalami déjà vu. Lebih baik Sahabat Setura tetap menikmati dan membuat kenangan dalam situasi baru yang familier ini. Sahabat Setura tidak perlu melakukan apapun untuk menangani déjà vu selain hanya bisa berkata: “Aku baru saja mengalami Déjà vu!”


Ditulis Oleh : Aurelia Araya Ishana



7 views0 comments

Comments


bottom of page