top of page

Maudy Ayunda Ingin Hapus Soal Pilihan Ganda, Bagaimana Menurut Sahabat Setura?




Jika mendengar nama Maudy Ayunda, Sahabat Setura pasti langsung membayangkan sosok wanita yang cerdas. Ya, siapa pun pasti tahu betapa besar kecintaan dan ambisinya dalam mengejar pendidikan.


Dimulai dari kabar penerimaannya di dua universitas ternama dunia, Harvard University dan Stanford University. Lalu kegirangannya saat ujian tiba hingga keinginannya untuk mendirikan sekolah. Maudy Ayunda memang tak pernah gagal memberi motivasi bagi generasi muda, terutama dari aspek pendidikan.


Baru-baru ini, Maudy Ayunda kembali menjadi pembicaraan hangat lantaran pengakuannya yang ingin mengapuskan soal pilihan ganda jika dia menjadi Menteri Pendidikan & Kebudayaan di Indonesia. Dalam sesi interview dengan Felicia Putri Tjisaka di akun YouTube Shorts, wanita ini menjawab dengan semangat bahwa dia ingin mengubah assessment atau evaluasi pendidikan, salah satunya dengan menghapuskan soal pilihan ganda. Menurutnya, open ended question akan jauh lebih baik dibandingkan dengan multiple choice.


Pengakuannya ini sontak mengundang pro-kontra di antara warganet. Sebab pada dasarnya, sampai saat ini Indonesia masih menghadapi begitu banyak tantangan untuk meningkatkan sistem pendidikan. Menurut warganet, keinginannya itu sangat tidak realistis dengan kondisi pendidikan di Indonesia. Ada banyak hal yang lebih genting untuk diperbaiki dibandingkan terus-terusan merubah kebijakan kurikulum apalagi penghapusan soal pilihan ganda.


Salah satunya adalah kesejahteraan guru. Dengan gaji yang dirapel per tiga bulan, memegang tiga sampai lima kelas sekaligus yang berisi sekitar 25 siswa, belum lagi dibebankan dengan administrasi dan RPP, tampaknya kehidupan guru honorer sangat jauh dari kata layak. Sebagai sosok pahlawan yang mencerdaskan kehidupan bangsa, hingga kini pekerjaan guru masih kerap disepelekan.


Netizen yang bekerja sebagai guru, ikut meramaikan berita viral ini dengan berkomentar, "Jika kesejahteraan guru sudah teratasi menjadi lebih baik, boleh deh mengoreksi soal esai sebanyak itu."


Bagaimana mau fokus mengajar? Jika gaji yang mereka terima seolah menuntut untuk mencari usaha sampingan. Padahal jika kesejahteraan guru dinomor-satukan, diberi gaji yang layak dan didukung dengan pelatihan dan pengembangan profesional, maka bisa dipastikan bahwa kualitas pengajaran akan meningkat. Jika kualitas pengajaran meningkat, maka untuk melahirkan lebih banyak generasi yang terdidik, ahli, dan berkompeten bukanlah sesuatu yang sulit.


Selain itu, ketidakmerataan fasilitas sekolah di seluruh wilayah Indonesia tampaknya menjadi masalah yang tak kunjung menyentuh kata rampung sejak bertahun-tahun silam. Jangankan sarana yang membantu kegiatan pembelajaran, akses jalan menuju sekolah saja ada yang masih harus bergantung pada seutas tali untuk menyebrangi sungai.


Tak heran, banyak generasi muda khususnya yang tinggal di perdesaan tak mampu menangkap urgensi dari kegiatan belajar itu sendiri. Mereka lebih memilih bolos sekolah untuk bertani atau menjadi nelayan, sebab pekerjaan itu lebih menjanjikan bagi masa depan mereka.


Well, Maudy Ayunda yang sejak kecil selalu duduk di sekolah internasional mungkin tak pernah tahu dengan kondisi ini. Wajar saja jika plan-nya tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.


Di sisi lain, pendapat Maudy Ayunda juga tak sepenuhnya salah. Sebab pertanyaan pilihan ganda sangat menekan dan menghalangi perkembangan daya berpikir kritis siswa. Mereka hanya terbiasa berpikir benar dan salah pada soal, bukan fokus pada kenapa jawaban itu benar dan kenapa jawaban itu salah. Bahkan banyak sekali ditemukan murid-murid menjawab pertanyaan hanya mengandalkan keberuntungan dengan kancing di seragam. 


Menyampingkan kesulitan yang dialami para guru untuk mengoreksi jawaban semua siswa dan juga masalah-masalah lain yang jauh lebih kompleks dalam sistem pendidikan Indonesia, soal esai terbukti lebih efektif untuk mengembangkan pemahaman dan daya berpikir kritis siswa.


Lagi pula, dalam sesi interview itu, Maudy menyebutkan bahwa itu hanyalah satu dari sekian impiannya jika menjadi Menteri Pendidikan & Kebudayaan di Indonesia. Karena keterbatasan waktu, Maudy Ayunda tentu tak bisa menjabarkan lebih jauh akan program-program yang ingin ia kembangkan di Indonesia.


Oleh karena itu, dia mengakhiri, "tapi di luar itu misi terbesar aku adalah pengen membangun budaya cinta belajar aja di Indonesia. Tentunya akan ada banyak lainnya ya, maksudnya pendidikan enggak cuma itu."


Nah, kalau sahabat Setura ada di pihak mana, nih?

Comments

Couldn’t Load Comments
It looks like there was a technical problem. Try reconnecting or refreshing the page.
bottom of page