top of page

Hidup dengan Penuh Kebajikan seperti Stoisisme



Buku yang ditulis oleh Henry Manampiring ditunjukkan untuk membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik-turunnya kehidupan. Buku ini membahas tentang Stoisisme atau Filsafat Stoa. Filsafat stoa merupakan nama dari sebuah aliran filsafat Yunani yang diciptakan oleh seorang pedagang dari Siprus bernama Zeno. Stoa, yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti 'teras berpilar', menjadi tempat favorit Zeno untuk mengajar filosofinya kepada murid-muridnya. Dalam proses pembuatan buku ini, penulis menemukan bahwa banyak orang kesulitan untuk mengucapkan Stoisisme sehingga dipermudah menjadi Filosofi Teras.


Filosofi Teras memiliki tujuan untuk mengajarkan kita hidup yang bebas dari emosi negatif, seperti sedih, marah, cemburu, curiga, baper, dan lain-lain. Selain itu, stoisisme juga mengajarkan kita untuk mendapatkan hidup yang tenteram dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Bukan hanya itu, stoisisme juga memiliki tujuan utama untuk hidup dengan mengasah kebajikan. Menurut stoisisme, ada empat kebajikan utama yang diajarkan, yaitu kebijaksanaan, keadilan, dan keberanian menahan diri.


Kebijaksanaan (wisdom) mengajarkan kemampuan untuk mengambil keputusan terbaik di dalam situasi apa pun. Keadilan (justice) mengajarkan kita untuk memperlakukan orang lain dengan adil dan jujur. Keberanian (courage) mengajarkan kita untuk berbuat dan berpegang pada prinsip yang benar. Terakhir, menahan diri (temperance) mengajarkan tentang disiplin, kesederhanaan, kepantasan dan control diri atas nafsu dan emosi.


Dalam buku ini, penulis juga membahas tentang hidup yang harus selaras dengan alam, yang artinya kita harus hidup dengan menggunakan nalar, akal sehat, rasio dan kemampuan menggunakannya untuk hidup berkeutamaan.


Selain hal diatas, ajaran yang juga menarik dan bermanfaat adalah ajaran dikotomi kendali. Dikotomi kendali adalah sebuah ajaran yang menjelaskan bahwa dalam hidup terdapat hal yang dapat kita kendalikan dan ada yang tidak dapat kita kendalikan.


Epictetus (60 - 138 M) dalam buku Enchiridion menjelaskan bahwa hal-hal yang ada di bawah kendali kita bersifat merdeka, tidak terikat dan tidak terhambat, sedangkan hal-hal yang tidak di bawah kendali kita bersifat lemah, bagai budak dan terikat.


Jika hidup hanya berfokus pada apa yang dapat kita kendalikan, maka kita akan bahagia. Namun, jika kita terus memikirkan apa yang tidak dapat kita kendalikan, maka dapat menyebabkan kita merasa tidak bahagia. Hal ini mengajarkan kita untuk belajar tidak menginginkan hal-hal di luar kendali kita.


Definisi bahagia adalah ketika kita hidup bebas dari emosi negatif. Dengan adanya emosi negatif yang terus bersarang pada diri manusia maka bisa menyebabkan rasa khawatir dan cemas yang berlebihan. Ketika kita mulai merasakan emosi negatif, kita dapat melakukan langkah-langkah S-T-A-R (Stop, Think & Assess, Respond) untuk mengatasinya.


Stop 'berhenti' artinya ketika kita merasakan emosi negatif, maka secara sadar kita harus berhenti dahulu dan jangan larut dalam perasaan tersebut. Think & Assess 'dipikirkan dan dinilai' artinya setelah kita menenangkan diri, kitab bisa aktif berpikir secara rasional dan mulai menilai. Terakhir, Respond artinya setelah berupaya untuk rasional dalam mengamati situasi, baru kita bisa memikirkan respons yang akan kita berikan dalam bentuk ucapan dan tindakan. Hal ini disebabkan pemilihan respons datang sesudah kita memikirkan situasinya baik-baik dengan harapan respons tersebut adalah hasil penggunaan nalar yang baik.


Secara keseluruhan, buku Filosofi Teras mengajarkan kita untuk hidup dengan mengasah kebajikan dan terlepas dari emosi negatif. Kebajikan yang dimaksud adalah penerimaan atau rasa syukur dalam menjalani hidup dari hal-hal yang tidak bisa dikendalikan.



“Bukan hal- hal atau peristiwa tertentu yang meresahkan kita, tetapi persepsi kita akan hal- hal dan peristiwa tersebut.”

– Epictetus


42 views0 comments

Comments


bottom of page